Sayuran,
seperti produk hortikultura lainnya, merupakan produk pertanian yang mudah
busuk sehingga penanganannya mulai dari saat panen harus hati-hati agar
kualitasnya dapat terjaga sampai ke tangan konsumen dan memperoleh harga jual
yang tinggi. Bila telah dipanen, tidak ada perlakuan yang dapat meningkatkan
kualitas hasil sayuran, yang dapat dilakukan adalah mempertahankan kualitas
tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di negara-negara berkembang
kehilangan hasil sayuran dapat mencapai 20-50% akibat penanganan panen dan
pasca panen yang kurang tepat.
Faktor-faktor
yang menyebabkan turunnya kualitas dan susut panen sayuran adalah: turunnya
kadar air, kerusakan mekanis, penguapan, berkembangnya mikroba dan sensitivitas
terhadap etilen. Oleh karena itu penanganan pasca panen harus memperhatikan dan
meminimalisir hal-hal yang menyebabkan penurunan kualitas dan susut panen
sayuran tersebut.
Panen
Penentuan
saat panen yang tepat merupakan langkah awal dari upaya memperoleh kualitas hasil
sayuran yang optimal. Waktu panen sayuran dapat ditentukan tidak hanya dengan
melihat keadaan fisik tanaman namun juga dengan mempertimbangkan harga dan
jarak dari kebun ke pasar yang dituju, misalnya untuk pasar yang dekat tomat
dipanen pada saat matang ditandai dengan buahnya yang berwarna merah, namun
untuk pasar yang jauh, tomat bisa dipanen ketika buahnya masak hijau.
Setiap
jenis sayuran memiliki kriteria tanaman siap panen yang spesifik, namun secara
umum menentukan sayuran siap panen dapat dilakukan dengan cara:
Visual,
yaitu dengan adanya perubahan warna, perubahan bentuk dan ukuran, daun-daun
mulai mengering dan buah sudah berkembang penuh.
Fisik,
yaitu buah mudah dilepaskan dari tangkainya, perubahan kekerasan daging buah
dan meningkatnya berat jenis buah.
Kimia,
yaitu meningkatnya kandungan gula dan menurunnya kandungan asam.
Komputasi,
yaitu menghitung jumlah hari sejak benih ditanam sampai siap panen.
Fisiologis,
yaitu dengan pengukuran pola respirasi untuk menentukan tingkat kematangan.
Panen
sayuran dapat dilakukan secara manual dengan tangan yaitu dengan cara dipetik
atau dengan bantuan alat misalnya pisau yang tajam.Di negara maju dengan lahan
yang luas, panen biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin. Pemanenan harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan yang menyebabkan sayuran
cepat busuk. Wadah penampung hasil panen harus bersih dan tidak memiliki bagian
yang tajam/runcing yang bisa melukai produk hasil panen sayuran.
Penanganan
Pasca Panen Sayuran
Setelah
panen, sayuran memerlukan penanganan pasca panen yang bertujuan: (1)
mempertahankan mutu produk sayuran agar tetap prima sampai ke tangan konsumen,
(2) menekan kehilangan hasil karena kerusakan dan penyusutan, serta (3)
memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai ekonomis sayuran. Guna
mencapai tujuan tersebut, penanganan pasca panen sayuran mengacu pada pedoman
cara penanganan pasca panen yang baik (Good Handling Practices).
Penanganan
pasca panen sayuran tergantung pada jenis sayurannya, namun pada umumnya
meliputi tahapan sebagai berikut:
1.
Pengumpulan
Hal
yang harus diperhatikan pada kegiatan ini adalah: lokasi pengumpulan harus
dekat dengan tempat pemanenan sehingga tidak terjadi penyusutan atau penurunan
kualitas akibat pengangkutan dari dan ke tempat pengumpulan. Selain itu tempat
pengumpulan juga harus terlindung dari sinar matahari agar hasil panen tidak
cepat layu karena penguapan.
2.
Sortasi
Tahapan ini memisahkan sayuran yang rusak, busuk, luka, terserang penyakit, warnanya
tidak bagus dan bentuknya tidak normal dari sayuran yang
berkualitas baik sesuai dengan kriteria yang diminta konsumen. Kegiatan ini
juga harus dilakukan di tempat teduh.
3.
Pembersihan
Tujuan
membersihkan sayuran adalah untuk menghilangkan kotoran, benda-benda asing,
sisa-sisa tanaman yang menempel pada hasil panen, getah dan lain-lain serta
supaya komoditas sayuran lebih menarik sehingga nilai jualnya lebih tinggi.
Pembersihan dapat dilakukan dengan cara mencuci menggunakan air untuk beberapa
jenis sayuran atau mengelap dengan kain yang bersih, kering dan lembut misalnya
untuk tomat.
Pada
beberapa jenis sayuran tertentu misalnya kubis bunga, dilakukan
perempelan/trimming yaitu memotong atau menghilangkan bagian tanaman tertentu
yang tidak disukai tanaman atau menyebabkan umur simpan menjadi lebih pendek.
Perempelan dilakukan untuk membuang bagian sayuran yang rusak/luka, warna yang
berubah atau cacat bentuknya agar penampilan komoditas sayuran tetap bagus.
4.
Grading atau Pengkelasan
Grading
adalah memisahkan dan menggolongkan komoditas berdasarkan tingkatan mutu seperti
: berat, ukuran, bentuk dan warna. Grading dilakukan sesuai dengan mutu yang
diminta oleh konsumen.
5.
Pengemasan
Pengemasan
sayuran harus dilakukan dengan wadah yang sesuai sehingga tujuan pengemasan
dapat tercapai, yaitu: melindungi/mencegah komoditi dari kerusakan mekanis,
menjaga kebersihan, menciptakan daya tarik bagi konsumen, memberikan nilai
tambah produk serta memperpanjang daya simpan produk. Pengemas yang umum
digunakan diantaranya: karton/box, kotak kayu, keranjang bambu, keranjang plastik,
kantong plastik dan jaring/net.
Pelabelan
diberikan pada luar kemasan. Pelabelan idealnya berisi nama komoditi dan kelas
mutunya, nama produsen, alamat produsen, tanggal produksi dan tanggal
kadaluarsa serta berat bersih.
6.
Penyimpanan
Penyimpanan
sayuran dapat memperpanjang kegunaan dan ketersediaan sayuran karena kemunduran
kesegaran dapat diperkecil. Penyimpanan sayuran dapat dilakukan di luar atau di
dalam lemari atau ruang pendingin (refrigerator/cool storage). Penyimpanan di
dalam lemari/ruang pendingin merupakan cara yang terbaik karena komoditi
sayuran memperoleh suhu dan kelembaban relatif yang optimum sehingga terjaga
kesegarannya dalam jangka waktu yang relatif lama. Penyimpanan sayuran juga
dapat dilakukan dengan pengendalian atmosfer dan pelapisan dengan lilin
(waxing).
7.
Transportasi
Karakteristik
jenis produk yang diangkut, lamanya perjalanan serta alat/sarana pengangkutan
yang digunakan merupakan hal yang harus diperhatikan pada saat transportasi
komoditi sayuran. Bila alat pengangkut tidak berpendingin udara, hendaknya
transportasi sayuran dilakukan pada saat malam atau dini hari. Selain itu
produk sayuran juga hendaknya dijaga dari kemungkinan terjadinya benturan,
gesekan dan tekanan yang terlalu berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan
atau menurunnya mutu produk tersebut. Hal ini dapat dihindari dengan pengaturan
tata letak wadah sayuran yang tepat di dalam alat transportasi.
Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Penanganan Pasca Panen
Sayuran. http://pertanian457.blogspot.com/2011.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura. 2004. Panduan Teknologi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta.
Lisa Kitinoja dan Adel A. Kader. 2003.
Penerjemah : I Made S. Utama. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
Denpasar.
Pantastico, ER. B. 1989. Penerjemah :
Kamariyani dan Gembong Tjitrisoepomo. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan
Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Sumber: http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/941-pasca-panen-sayuran
Fisabella Ayuning Putri Utami
14/364316/PN/13585